Sabtu, 08 November 2014

Nabi Ibrahim

Hakikat Millah Ibrahim*
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata: Ketahuilah -semoga Allah membimbingmu kepada ketaatan kepada-Nya- sesungguhnya al-Hanifiyah yaitu Millah/agama Ibrahim adalah dengan kamu beribadah kepada Allah semata seraya memurnikan agama/ketaatan untuk-Nya.Hal itu sebagaimana firman Allah ta’ala, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
[lihat Syarh al-Qawa'id al-Arba' oleh Syaikh Shalihas-Suhaimi hafizhahullah, hal. 4]

Penjelasan:
Hakikat al-Hanifiyah
Syaikh as-Suhaimi hafizhahullah menjelaskan: Hakikat al-Hanifiyah adalah condong kepada jalan petunjukdan kebahagiaan. Yaitu cenderung kepada sikap istiqomah dan apa-apa yang membuat ridha Allah tabaraka wa ta’ala. Itulah millah/ajaran Ibrahim ‘alaihissalam.
Hakikat dari ajaran ini adalah anda menyembah Allah dengan memurnikan agama/ketaatan untuk-Nya (baca: tauhid).
Hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan dua perkara: 1. Mengesakan Allah tabaraka wa ta’ala dengan segala bentuk ibadah. 2. Mencampakkan pemujaan kepada thaghut/sesembahan selain Allah, pent.  [lihat Syarh al-Qawa'id al-Arba' oleh Syaikh Shalihas-Suhaimi hafizhahullah, hal. 5]

Perintah Ibadah
Allah ta’ala berfirman,“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyimpulkan makna ayat di atas, “Sesungguhnya Aku menciptakan mereka tidak lain untuk Aku perintahkan mereka beribadah kepada-Ku, bukan karena kebutuhan-Ku kepada mereka.” (lihat Tafsiral-Qur’an al-Azhim [7/425])

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Dia(Allah) tidaklah membutuhkan ibadahmu. Seandainya kamu kafir maka kerajaanAllah tidak akan berkurang. Bahkan, kamulah yang membutuhkan diri-Nya. Kamulah yang memerlukan ibadah itu. Salah satu bentuk kasih sayang Allah adalah dengan memerintahkanmu beribadah kepada-Nya demi kemaslahatan dirimu sendiri. Jika kamu beribadah kepada-Nya, maka Allah swt  akan memuliakanmu dengan balasan dan pahala. Ibadah menjadi sebab Allah memuliakan kedudukanmu di dunia dan di akherat.

Jadi, siapakah yang memetik manfaat dariibadah?
Yang memetik manfaat dari ibadah adalah hamba. Adapun Allah jalla wa‘ala, Dia tidak membutuhkan makhluk-Nya.” (lihat Syarh al-Qawa’idal-Arba’, hal. 15-16)
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Makna ‘supaya mereka beribadah kepada-Ku- adalah agar mereka mengesakan Aku (Allah, pent) dalam beribadah. Atau dengan ungkapan lain ‘supaya mereka beribadah kepada-Ku’ maksudnya adalah agar mereka mentauhidkan Aku; karena tauhid dan ibadah itu adalah sama (tidak bisa dipisahkan, pent).” (lihatI’anat al-Mustafid bi Syarh Kitab at-Tauhid [1/33])
Jadi, makna ayat ini adalah, “Kecuali supaya merekamentauhidkan diri-Ku.” Orang beriman mentauhidkan Allah pada saat sempit maupunlapang. Adapun orang kafir hanya mentauhidkan Allah pada keadaan terjepit dantertimpa kesusahan (lihat Tafsir al-Baghawi, hal. 1236)
----------------
Keluasan Makna Ibadah
Ibadah pada asalnya mengandung makna perendahan diri, akantetapi ibadah yang diperintahkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah suatubentuk perendahan diri yang paling tinggi kepada Allah dengan disertai puncakrasa cinta kepada-Nya. Seorang yang menundukkan dirinya kepada orang lain namunmenyimpan rasa benci kepadanya tidaklah dianggap beribadah kepadanya. Demikianjuga orang yang mencintai seseorang namun tidak menundukkan diri kepadanya puntidak dikatakan beribadah kepadanya. Oleh sebab itu kedua pilar ibadah tersebut-yaitu perendahan diri dan puncak kecintaan- itu harus selalu ada dalammenjalani ibadah kepada Allah. Bahkan Allah harus lebih dicintainya daripadasegala sesuatu dan menjadi sosok yang paling agung daripada segala-galanya. Bahkan,tidaklah berhak untuk mendapatkan rasa cinta dan ketundukan yang sempurnakecuali Allah semata. Segala sesuatu yang dicintai bukan karena Allah makakecintaannya adalah kecintaan yang rusak/tidak sah. Begitu pula tidaklahsesuatu selain Allah diagung-agungkan tanpa perintah dari-Nya melainkanpengagungan itu adalah sebuah kebatilan (lihat al-’Ubudiyah, hal. 12)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rh memberikan sebuah definisi yang cukup bagus, bahwa ibadah merupakan perendahandiri kepada Allah yang dilandasi rasa cinta dan pengagungan dengan caramelaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nyasebagaimana yang dituntunkan dalam syari’at-Nya (lihat Syarh Tsalatsatal-Ushul, hal. 23 cet. Dar al-Kutub al-’Ilmiyah)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Menurutpengertian syari’at ibadah itu adalah suatu ungkapan yang memadukan antarakesempurnaan rasa cinta, ketundukan, dan rasa takut.” (lihat Tafsiral-Qur’an al-’Azhim [1/34] cet. al-Maktabah at-Taufiqiyah).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rh berkata,“Ibadah merupakan sebuah istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintaidan diridhai Allah, berupa ucapan dan perbuatan, yang batin maupun lahir. Iniartinya sholat, zakat, puasa, haji, jujur dalam berbicara, menunaikan amanat,berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati janji,memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar, berjihad memerangi orangkafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnusabil, maupun kepemilikan dari kalangan manusia (budak) atau binatang piaraan,berdoa, berdzikir, membaca al-Qur’an, dan lain sebagainya itu semua adalahibadah. Demikian juga kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya, rasa takut kepadaAllah, inabah kepada-Nya, mengikhlaskan agama untuk-Nya, bersabar menghadapiketetapan-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, ridha dengan takdir-Nya, bertawakalkepada-Nya, mengharapkan rahmat-Nya, takut kepada azab-Nya, dan semisalnya [itusemua juga] termasuk ibadah kepada Allah.” (lihat al-’Ubudiyah, hal.6 cet. Maktabah al-Balagh)

Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah menerangkan, “Dengan ungkapan lain, dapat dikatakan bahwa ibadah adalahmelaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.Tercakup di dalamnya menunaikan kewajiban-kewajiban dan menjauhkan diri dariberbagai hal yang diharamkan. Melakukan hal-hal yang wajib dan meninggalkanhal-hal yang diharamkan; yaitu dengan melakukan kewajiban-kewajiban yang Allahwajibkan baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang bersifat batin maupun lahir.Meninggalkan hal-hal yang diharamkan, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan,yang batin maupun yang lahir.” (lihat Syarh al-’Ubudiyah, hal. 5)
Dengan ungkapan yang lebih sederhana, dapat disimpulkanbahwa ibadah adalah melakukan segala sesuatu yang membuat Allah subhanahu wata’ala ridha (lihat al-Qamus al-Mubin fi Ishthilahat al-Ushuliyyinkarya Dr. Mahmud Hamid ‘Utsman, hal. 204)

Pilar-Pilar Ibadah
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rh mengatakan, “Ibadah dibangun di atas dua perkara; cinta dan pengagungan. Denganrasa cinta maka seorang akan berjuang menggapai keridhaan sesembahannya (Allah). Dengan pengagungan maka seorang akan menjauhi dari terjerumus dalam kedurhakaan kepada-Nya. Karena kamu mengagungkan-Nya maka kamu pun merasa takutkepada-Nya. Dan karena kamu mencintai-Nya, maka kamu pun berharap dan mencarikeridhaan-Nya.” (lihat asy-Syarh al-Mumti’ ‘ala Zaad al-Mustaqni’ [1/9]cet. Mu’assasah Aasam)

Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan, “Ibadah yang diperintahkan itu mengandung perendahan diri dankecintaan. Ibadah ini ditopang oleh tiga pilar; cinta, harap, dan takut. Ketigapilar ini harus berpadu. Barangsiapa yang hanya bergantung kepada salah satunyamaka dia belum beribadah kepada Allah dengan benar. Beribadah kepada Allahdengan modal cinta saja adalah metode kaum Sufi. Beribadah kepada-Nya denganrasa harap semata adalah metode kaum Murji’ah. Adapun beribadah kepada-Nyadengan modal rasa takut belaka, maka ini adalah jalannya kaum Khawarij.” (lihatal-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 35 cet. Dar Ibnu Khuzaimah)

Ibadah Tidak Diterima Apabila Tercampur Syirik
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka Allah haramkan atasnya surga dantempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu penolong.” (QS. Al-Ma’idah: 72)
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya. Dan masih berkenan untuk mengampuni apa-apa yang berada di bawah tingkatannya bagi siapa pun yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 48)
Allah ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabb-nya dengan sesuatuapapun.” (QS. Al-Kahfi: 110).

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya dia mempersekutukan selain-Ku bersamadiri-Ku maka Kutinggalkan dia bersama kesyirikannya.” (HR. Muslim)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rh berkata, “Apabila engkau telah mengetahui bahwa Allah menciptakan dirimu supaya beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali apabila disertai dengan tauhid. Sebagaimana halnya sholat tidak dinamakan sholat tanpa thaharah/bersuci. Apabila syirik mencampuri ibadah niscaya ibadah itu akan rusak (tidak sah) sebagaimana halnya apabila hadats masuk kepada thaharah.” (lihat Mu’allafat asy-Syaikh al-Imam Muhammadbin Abdul Wahhab, hal. 199)

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh berkata, “Sesungguhnya persyaratan ikhlas dan tauhid untuk diterimanya ibadah lebih agung daripada persyaratan thaharah untuk diterimanya sholat. Seandainyaada orang yang sengaja mengerjakan sholat dalam keadaan berhadats maka perihalpengkafiran orang ini masih terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama.Adapun mengenai orang yang beribadah kepada Allah dalam keadaan musyrik makasemua ulama sepakat bahwa ibadahnya tidak diterima. Bahkan, berdasarkan ijma’dia digolongkan sebagai orang kafir karena dia telah mempersekutukan Allah jallawa ‘ala -yaitu syirik akbar- yang menyebabkan amal tidak diterimakarenanya.” (lihat Syarh al-Qawa’id al-Arba’, hal. 5 cet. DarJamilurrahman as-Salafi)
Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali hafizhahullahberkata, “Setiap amal yang dipersembahkan oleh orang tanpa dibarengi tauhidatau pelakunya terjerumus dalam syirik maka hal itu tidak ada harganya dantidak memiliki nilai sama sekali untuk selamanya. Karena ibadah tidaklahdisebut sebagai ibadah [yang benar] tanpa tauhid. Apabila tidak disertaitauhid, maka bagaimanapun seorang berusaha keras dalam melakukan sesuatu yangtampilannya adalah ibadah seperti bersedekah, memberikan pinjaman, dermawan,suka membantu, berbuat baik kepada orang dan lain sebagainya, padahal dia telahkehilangan tauhid dalam dirinya, maka orang semacam ini termasuk dalamkandungan firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Kamitampakkan kepada mereka segala sesuatu yang telah mereka amalkan -di dunia-kemudian Kami jadikan amal-amal itu laksana debu yang beterbangan.” (QS.al-Furqan: 23).” (lihat Abraz al-Fawa’id min al-Arba’ al-Qawa’id, hal.11)
Demikianlah yang bisa kami sampaikan pada kesempatan ini,semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita di dunia dan di akhirat. Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. WalhamdulillahiRabbil ‘alamin.
Program at tarbiyah

Ibrahim, Bapak Monoteisme
Nabi Ibrahim AS, selain dikenal sebagai bapak nabi-nabi, ia juga dikenal sebagai bapak monoteisme. Keagamaan Ibrahim dicapai tak melulu melalui iman, tetapi juga melalui penyelidikan ilmiah terhadap fenomena alam yang mengantarnya sampai kepada kesimpulan tauhid (QS al-An'am [6]: 79).

Berkali-kali Allah SWT menguji Ibrahim dengan cobaan yang berat. Hebatnya, ia selalu lulus dan mampu melewati berbagai ujian itu dengan sukses. Karena itu, ia layak dan pantas dinobatkan sebagai imam dan pemimpin umat. "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu Ibrahim menunaikan dengan sebaik-baiknya." (QS al-Baqarah [2]: 124).

Ada banyak tafsir tentang makna pada ayat di atas. Pakar tafsir Ibnu Katsir memahaminya sebagai syariat dari Allah berupa sejumlah perintah (al-awamir) dan sejumlah  larangan (al-nawahi). Selain bermakna syariat, kalimat itu, menurut al-Alusi, juga bermakna ujian dan cobaan. Al-Alusi mengungkapkan, ada tujuh macam cobaan yang dihadapi Ibrahim. Namun, ada yang menyebut 13 hingga 30 cobaan.

Dari semua ujian dan cobaan yang dihadapinya, ada empat ujian yang sungguh berat.

Pertama, ia pernah dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud.
Kedua, ia diminta melakukan khitan pada usia tua.
Ketiga, ia tidak diberi keturunan sampai usia senja, tetapi ia tidak berhenti berdoa. "Ya, Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh." (QS al-Shaffat [37]: 100).
Keempat, setelah mendapat anak (Ismail), ia diminta menyembelihnya. Ujian yang mahaberat itu pun ditunaikan Ibrahim dengan penuh ketaatan. Ia memenuhi semua perintah Allah (QS al-Najm [53]: 37) dan membuktikan kebenaran mimpinya. "Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS al-Shaffat [37]: 105).

Tapi semenjak dalam kandungan juga beliau telah menerima ujian yaitui  ketika beliau masih didalam kandungan, ketika itu Raja yg berkuasa memerintahkan bahwa setiap bayi laki-laki harus dibunuh hidup-hidup(seperti kisah nabi musa as), dan berkat pertolongan ALLAH, maka ibunya melahirkan beliau didalam sebuah gua.nah, tak selamanya ibunya menemani dan menyusui beliau......:dikala beliau yg bayi ini lapar dan haus maka ALLAH menuntun jari tangannya untuk diisap kedalam mulut sibayi dan dari padanya keluarlah air yg manis dan sehat laksana madu.(begitu sirah yg terkisah atas ujian pertama beliau).

Sebagai muwahid sejati dan bapak monoteisme, Ibrahim memberikan apa saja yang diminta oleh Allah, termasuk Ismail, "aset" paling berharga yang dimilikinya. Menurut Doktor Ali Syari'ati, Ismail adalah simbol dari sesuatu yang paling dicintai oleh manusia. Setiap orang tentu memiliki "Ismail"-nya dalam bentuk dan rupa yang berbeda-beda.

Tauhid pada hakikatnya mengandung makna ketundukan manusia secara total kepada Allah SWT. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan cintanya hanya kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim adalah contoh par-excellent dalam soal ini. Itu sebabnya namanya disebut dan diabadikan oleh Allah dalam semua kitab suci dan terutama dalam kitab suci Alquran.

Nabi Muhammad SAW dan seluruh kaum beriman disuruh mengikuti agama (millah) Ibrahim. Dikatakan, hanya orang-orang "dungu" yang membenci dan menolak agama bapak monoteisme ini. "Dan, tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri."(QS al-Baqarah [2]: 130). Wallahu a'lam.

 Oleh Dr A Ilyas Ismail

Agama Nabi Ibrahim AS
QS AL BAQARAH 2Ayat130-141
130 Dan tidak adayangbenci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinyasendiri,dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia diakhiratbenar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
131 KetikaTuhannyaberfirman kepadanya, "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab,"Akutunduk patuh kepada Tuhan semesta alam." 132 Dan Ibrahim telahmewasiatkanucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yaqub. (Ibrahimberkata),"Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,makajanganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam."
133 Adakah kamuhadirketika Yaqub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkatakepadaanak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Merekamenjawab,"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,Ismail danIshaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tundukpatuhkepada-Nya."
134 Itu adalah umat yanglalu; baginya apa yang telahdiusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamuusahakan, dan kamu tidak akandiminta pertanggungan jawab tentang apa yang telahmereka kerjakan.
135 Danmereka berkata,"Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atauNasrani, niscaya kamumendapat petunjuk." Katakanlah, "Tidak, bahkan(kami mengikuti) agamaIbrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) darigolongan orangmusyrik."
136 Katakanlah (haiorang-orang mukmin),"Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkankepada kami, dan apayang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dananak cucunya, dan apayang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yangdiberikan kepada nabi-nabidari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pundi antara mereka dan kamihanya tunduk patuh kepada-Nya."
137 Maka jika merekaberiman kepada apayang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telahmendapat petunjuk; danjika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalampermusuhan (dengankamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. DanDialah Yang MahaMendengar lagi Maha Mengetahui.
138 Shibghah Allah. Dansiapakah yang lebih baikshibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lahkami menyembah.
139Katakanlah,"Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahalDia adalahTuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalankamu danhanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, 140 ataukah kamu (haiorang-orangYahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqubdan anakcucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah,"Apakahkamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebihlalim daripadaorang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang adapadanya?" Dan Allahsekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.
141 Itu adalah umat yangtelah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimuapa yang kamu usahakan;dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentangapa yang telah merekakerjakan.

Perihal dustanya Nabiullah Ibrahim a.s. sebagaimana yang dikatakannya sendiri ada tiga kali banyaknya itu, ceriteranya adalah sebagai berikut:
1. Nabi Ibrahim as pernah berkata kepada ayahnya: Inni saqim – Saya ini sakit, padahal sebenarnya tidak, tetapi ini terpaksa harus beliau a.s. katakan, karena beliau a.s. itu diajak menyembah sesuatu yang selain Allah Ta’ala yakni berhala, bersama- sama dengan Raja Namrudz.
2.Nabi Ibrahim a.s. merusak dan memukuli berhala-berhala yang dipuja serta disembah oleh Raja Namrudz yang musyrik itu, sampai rusak binasa seluruhnya dan ditinggalkan sebuah saja, yakni yang terbesar sekali. Ketika masyarakat menjadi ramai dan mempertanyakan bahwa beliau a.s. yang berbuat kerusakan itu, lalu beliau a.s. ditanya oleh Raja Namrudz, benarkah beliau a.s. yang merusak. Beliau a.s. menjawab: Bal fa’alahu kabiruhum hadza – yang membuat kerusakan ialah berhala yang besar sendiri itu, padahal sebenarnya memang beliau a.s. itulah yang mengerjakan kerusakan tadi.
3. Pada suatu hari Nabiullah Ibrahim a.s. sedang berpergian dengan isterinya yang bernama Sarah, sehingga akhirnya datanglah di suatu negeri yang rajanya itu amat suka sekali kepada golongan kaum wanita yang cantik secara berlebih-lebihan. Hampir setiap melihat wanita elok, pasti dipinang untuk dijadikan isterinya dan wanita itu pun wajib suka dan tunduk kepada kehendaknya. Demi beliau a.s. bertemu dengan raja itu, lalu ditanya, siapakah wanita yang menyertainya itu. Sudah pastilah beliau a.s. akan disiksa atau mungkin juga akan dibunuh, sekiranya mengatakan yang sebenarnya yakni bahwa Sarah itu betul-betul isterinya. Oleh sebab itu beliau a.s. berkata, demi untuk melindungi diri dan keselamatan jiwanya: Ukhti – saudariku.


Padahal sebenarnya adalah isterinya dan bukan saudarinya. Ceritera mengenai babini masih panjang lanjutannya, tetapi oleh sebab buku ini disusun bukan untuk maksud ini, sebaiknya diringkaskan sampai di sini saja.

1864. Dari Ibnu Abbas ra, katanya: “Ibrahim a.s. datang – di Makkah yang dulu disebut Faran -dengan membawa ibunya Ismail – yakni Hajar –serta anaknya lelaki yakni Ismail. Ibunya itu menyusui anaknya, sehingga Ibrahim a.s. menempatkan isterinya itu di dekat Baitullah, di sisi sebuah pohon besar yang ada di sebelah atas Zamzam yaitu di Masjidul Haram yang sebelah atas sendiri. Di Makkah pada saat itu belum ada seorang pun dan di situ tidak pula ada airnya. Di situlah Ibrahim a.s. menempatkan isteri dan puteranya. Di sisi kedua orang ini olehnya diletakkanlah suatu wadah – dari kulit – berisi kurma dan sebuah tempat air yang berisi air. Ibrahim a.s. lalu membelakang – yakni meninggalkan Hajar dan Ismail – terus berangkat. Ibu Ismail mengikuti suaminya,lalu berkata: “Ke manakah anda hendak pergi dan mengapa anda meninggalkan kitadi lembah ini, tanpa ada seseorang pun sebagai kawan dan tidak ada sesuatu apapun?” Hajar berkata demikian itu berulang kali, tetapi Ibrahim a.s. sama sekalitidak menoleh kepada-nya.
Kemudian Hajar berkata: “Adakah Allah yang memerintahkan anda berbuat semacamini?” Ibrahim a.s. menjawab: “Ya.” Hajar berkata: “Kalau demikian, pastilahAllah tidak akan menyia-nyiakan nasib kita.” Ibu Ismail lalu kembali ketempatnya semula. Ibrahim a.s. berangkatlah, sehingga sewaktu beliau itu datangdi Tsaniyah – di daerah Hajun, di sesuatu tempat yang tidak dilihat oleh mereka– yakni Hajar dan anaknya, kemudian menghadap kiblat dengan wajahnya yakni keBaitullah, terus berdoa dengan doa-doa yang tersebut di bawah ini. Beliau a.s.mengangkatkan kedua tangannya, lalu mengucapkan, sebagaimana yang tersebutdalam al-Quran, yang ertinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya saya menempatkanketurunanku di suatu lembah yang tiada berpohon -yakni tandus,” sampai pada:“semoga mereka itu bersyukur.” Ibu Ismail menyusui Ismail dan minum dari airyang ditinggalkan itu, sehingga setelah habislah air yang ada di tempat air dania pun haus, juga anaknya pun haus pula.
Ibu itu melihat anaknya bergulung-gulung di tanah, atau katanya: bergelutdengan tanah sambil memukul-mukulkan dirinya di atas tanah itu, lalu i
bunya itu ber-angkat kerana tidak tahan melihat keadaan anaknya semacam itu.Hajar melihat sekelilingnya dan nampaklah olehnya bahawa Shafa adalahsedekat-dekat gunung di bumi yang ada di samping dirinya, ia pun lalu menuju kepuncak gunung ini dan berdiri di atasnya, kemudian ia menghadap ke lembah,melihat di situ, kalau-kalau dapat melihat seseorang manusia, tetapi tidak ada.Selanjutnya ia turun dari Shafa, sehingga setelah ia sampai di lembah lagi, iapun mengangkat gamisnya, terus berjalan lagi bagaikan jalannya seseorang yangsedang dalam kesukaran – yakni berlari-lari, sehingga lembah itu dilampauinya,kemudian mendatangi Marwah, berdiri di atas puncak Marwah ini, menengok kelembah, kalau-kalau ada seseorang manusia yang dapat dilihat olehnya. Tetapi tidakada, sehingga Hajar mengerjakan sedemikian itu sebanyak tujuh kali -yakni pergibolak-balik antara Shafa dan Marwah.” 


Ibnu Abbas berkata: “Nabi s.a.w. bersabda: “Oleh sebab itu para manusia – dalammengerjakan ibadat haji meneladani kelakuan Hajar tersebut, bersa’i – yakniberlari-lari kecil – antara Shafa dan Marwah.” Keduanya ini bukan gunung yangsebenarnya, tetapi hanyalah tanah yang agak meninggi letaknya. Ibnu Abbasmelanjutkan keterangannya: “Setelah ia berada di atas Marwah – yakni tujuhperjalanan yang terakhir, lalu ia mendengar suatu suara. Kemudian ia berkata:“Diamlah” yang dimaksudkan ialah kepada dirinya sendiri – yang disuruh diamuntuk memperhatikan suara apa itu.
Selanjutnya didengarlah dengan penuh perhatian, lalu sekali lagi dapat di-dengarnyasuara tersebut. Ia pun terus berkata: “Anda telah memperdengarkan suara kepadasaya, maka segerakanlah memberikan pertolongan kepada kita, jikalau memangsengaja akan memberikan pertolongan.” Tiba-tiba di situ nampaklah oleh Hajarada seorang malaikat di dekat tempat sumur zamzam – yang di waktu itu belumkeluar airnya. Malaikat itu meneliti dengan kakinya, atau katanya: Dengansayapnya, sehingga keluarlah airnya. Hajar mulai bekerja membuat tempat air itubagaikan bentuk danau – yang dibulatkan – dan dengan tangannya ia mengerjakanitu sedang mulutnya mengucapkan: “Ah, beginilah yang saya harapkan.” Hajarmenceduk air itu dan meletakkannya dalam tempat airnya. Air zamzam itu terusmenyumber dengan derasnya setelah diceduk olehnya.” Dalam riwayat laindisebutkan: “Dengan sekedar cedukan yang dilakukan oleh Hajar.” Ibnu Abbasradhiallahu ‘anhuma berkata: “Nabi s.a.w. bersabda: “Semoga Allah memberikankerahmatanNya kepada ibu Ismail, andaikata ia meninggalkan zamzam itu – yaknitidak diceduk-nya, nescaya akan meluap airnya ke seluruh bumi.” Atau sabdanya:“Andaikata ibu Ismail itu tidak menciduk air zamzam tadi, nescayalah zamzam ituakan merupakan mata air yang dapat mengalir hebat – yakni dapat memenuhiseluruh permukaan bumi.” Ibnu Abbas melanjutkan: “Ibu Ismail lalu minum dandapat lagi menyusui anaknya.” Malaikat berkata kepadanya: “Janganlah anda takutakan binasa di sini, sebab di sini nanti akan didirikanlah sebuah Rumah Allah-yakni Baitullah iaitu Ka’bah. Yang mendirikan ialah anak ini beserta ayahnya.
Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang berbakti kepadaAllah – yang tentu menginginkan berziarah ke Baitullah ini.” Tempat Baitullahitu meninggi di atas bumi, bagaikan tanah tinggi, yang akan didatangi olehbeberapa banjir, lalu merosak sebahagian kanan dan sebahagian kirinya.Demikianlah keadaan Hajar dengan anaknya, sehingga pada suatu ketika berlalulahdi tempat mereka itu sekelompok kawanan yang sedang mengadakan perjalanan darigolongan suku Jurhum. Atau yang datang itu adalah sekeluarga dari golongan sukuJurhum yang menuju ke suatu tempat dari jalan Kada’. Mereka turun -yakniberhenti – di bahagian bawah kota Makkah. Mereka melihat ada burung sedangterbang seolah-olah mengelilingi air.
Kata mereka: “Burung ini pastilah terbang mengelilingi suatu mata air.Nescayalah tempat keamanan kita adalah di lembah ini, sebab ada air di tempatitu. Selanjutnya dikirimkanlah seseorang atau dua orang utusan yang dapatberlari cepat menuju lembah tersebut dan mereka benar-benar dapat menemukantempat air. Utusan-utusan itu kembali terus memberitahukan kepada orang-orangJurhum. Mereka semua datang mendekati dan di waktu itu ibu Ismail sedang ada ditempat air tersebut. Mereka berkata: “Apakah anda suka mengizinkan kita kalauberdiam saja di sisi anda di sini?” la menjawab: “Baiklah, tetapi sama sekaliengkau semua tidak ada hak atas air ini.” Mereka berkata: “Baiklah.” Kedatanganorang-orang Jurhum itu berkenan sekali dalam hati ibu Ismail, kerana sebenarnyaia senang untuk berkawan.
Orang-orang Jurhum itu menyuruh semua keluarganya supaya datang di situ danakhirnya semuanya pun berdiam di situ, bersama-sama. Di antara orang-orangJurhum itu banyak yang ahli dalam ilmu persyairan – yakni puisi dankesusasteraan bahasa Arab. Anak Hajar -yakni Ismail – makin hari makin besardan belajar bahasa Arab dari mereka. Anak ini menimbulkan kegembiraan sertamembuat mereka menjadi takjub setelah ia tumbuh sebagai seorang pemuda. SetelahIsmail cukup dewasa, mereka mengahwinkannya dengan seseorang wanita dari sukuJurhum itu.
Sementara itu ibu Ismail -yakni Hajar – wafatlah.” Ibnu Abbas berkata: “Nabis.a.w. bersabda: “Ibrahim a.s. datang – di Makkah – setelah Ismail sudahkahwin. la mengamat-amati apa-apa yang terjadi dalam rumah setelah ditinggalpergi oleh Ismail, kerana Ibrahim tidak dapat berjumpa dengan anaknya itu.Ibrahim bertanya kepada isterinya, ke mana perginya, lalu dijawab: “la keluarmencari sesuatu untuk kami.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Keluar untukberburu guna kepentingan kami.” Kemudian Ibrahim menanyakan kepada isteri-nyaperihal kehidupan mereka serumahtangga dan keadaan sehari-harinya. Isterinyamenjawab: “Nasib kita buruk sekali, yakni dalam keadaan serba sukar dan penuhkesengsaraan.” Wanita itu me-ngadukan halnya kepada mertuanya tadi.
Ibrahim lalu berkata: “Nanti jikalau suamimu telah datang, maka sampaikanlahucapan salam daripadaku dan katakanlah padanya, supaya ia mengubah bandulpintunya – ini adalah kiasan daripada seseorang isteri. Setelah Ismail datang,ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengganggu fikirannya, lalu ia berkata:“Apakah ada seseorang yang tadi datang di tempat ini?” Isterinya menjawab: “Ya.Kita didatangi oleh seorang tua yang sifatnya demikian, demikian, ia punbertanya kepada kami perihal diri anda, lalu saya beritahukan yang sebenarnya.Selanjutnya ia bertanya lagi kepada saya, bagaimanakah perihal kehidupan kita.
Saya memberitahukan padanya bahawasanya kita hidup dalam keadaan penuhkesengsaraan dan kesukaran. Ismail bertanya: “Apakah orang tua itu tidakmemesankan sesuatu padamu?” Isterinya menjawab: “Ya, orang tua itu menyuruhsaya supaya saya sampaikan ucapan salamnya kepada anda dan berkata -dalampesannya: “Ubahlah bandul pintumu.” Ismail berkata: “Orang tua itu adalahayahku dan beliau telah memerintahkan kepada saya supaya saya menceraikanengkau. Maka itu temui kembalilah keluargamu.” Ismail menceraikan isterinyaitu, kemu-dian kahwin lagi dengan seorang perempuan lain.
Ibrahim tetap meninggalkan mereka itu dalam waktu yang di kehendaki oleh Allah,kemudian mendatangi mereka lagi sesudah itu, tetapi kali ini pun ia tidakmenemukan anaknya. la masuk rumahnya dan ditemui oleh isterinya, lalumenanyakan kepada isterinya itu perihal Ismail, la berkata: “la sedang keluaruntuk mencari rezeki guna kita semua.” Ibrahim bertanya: “Bagaimana-kah keadaanpenghidupanmu semua.” la menanyakan perihal kehidupan serta keadaan sehari-hariyang mereka alami. Isterinya menjawab: “Kita semua dalam keadaan baik danrezeki yang cukup luas.” Wanita ini pun banyak memuji kepada Allah atas segalakenikmatan yang diberikan olehNya. Ibrahim bertanya: “Apakah yang engkau semuamakan.” Isterinya menjawab: “Daging.” Tanya-nya lagi: “Apakah yang engkau semuaminum?” la menjawab: “air.” Ibrahim berdoa: “Ya Allah, berilah keberkahankepada mereka ini dalam makanan dagingnya dan minuman airnya.” Seterusnya Nabis.a.w. bersabda: “Di kalangan mereka – penduduk Makkah – di waktu itu tidak adabiji-bijian, andaikata i
ni ada, tentulah Ibrahim juga mendoakan keberkahan biji-bijian itu untukmereka.” Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Maka tidak seorang pun yangtidak mencampurkan daging dan air itu dalam makanannya untuk selain di Makkah,melainkan keduanya itu tidak akan mencocokinya.” Dalam riwayat lain disebutkan:“Ibrahim datang, lalu berkata: “Manakah Ismail?” Isterinya menjawab: “la pergiuntuk berburu.” Isterinya berkata: “Tidakkah bapa suka singgah dulu di siniuntuk makan dan minum?” Ibrahim bertanya: “Apakah makananmu dan apakahminumanmu?” la menjawab: “Makanan kita adalah daging dan minuman kita adalahair.” Ibrahim lalu berdoa: “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada mereka akanmakanan serta minuman mereka.” Ibnu Abbas berkata: “Abul Qasim – iaitu NabiMuhammad s.a.w. – bersabda: “Itulah dengan sebab berkah doanya Ibrahim a.s.”Ibrahim berkata: “Jikalau suamimu datang maka sampaikanlah ucapan salamkupadanya dan perintahkanlah padanya supaya di-tetapkan saja bandul pintunya.”Setelah Ismail datang, ia berkata: “Apakah ada seseorang yang datang di tempatmuini?” Isterinya menjawab: “Ya, ada seorang tua yang baik sekali keadaanpakaian-nya.” Wanita itu banyak mengeluarkan pujian pada orang tua tersebut. Selanjutnya ia berkata: “la bertanya kepadaku tentang hal-ehwal diri anda.
Kemudian saya beritahukan hal itu kepadanya. Lalu bertanya: “Bagaimanakah keadaan hidup kita, lalu saya memberitahukan bahawasanya kita dalam keadaanbaik-baik saja.” Ismail bertanya: “Apakah orang tua tadi memesan sesuatupadamu?” la menjawab: “Ya, ia menyampaikan ucapan salam pada anda danmemerintahkan kepada anda supaya anda menetapkan bandul rumahnya.” Ismailberkata: “Orang tua itu adalah ayahku dan yang dimaksudkan bandul pintu adalahengkau. Jadi ia menyuruh kepada saya supaya tetap memegangmu sebagai isteri.”Ibrahim berdiam meninggalkan mereka selama waktu yang dikehendaki oleh AllahTa’ala, kemudian datang pulalah sesudah itu. 


Di waktu kedatangan Ibrahim itu, Ismail sedang meraut sebuah anak panah yang sedang dibuatnya, iaitu di bawah sebuah pohon besar di dekat sumur zamzam.Setelah dilihatnya, ia pun berdirilah menyongsongnya, kemudian keduanya berbuat sebagaimana seorang ayah terhadap anaknya dan sebagai anak terhadap ayahnya.Sehabis itu Ibrahim berkata: “Hai Ismail, sesungguhnya Allah menyuruh kepadakuakan sesuatu perkara.” Ismail berkata: “Kalau begitu, lakukanlah sebagaimanayang diperintahkan oleh Allah kepada bapa itu!” Ibrahim berkata: “Apakah engkau akan memberikan pertolongan padaku untuk itu?” la menjawab: “Ya, saya akan menolong bapa.”

Ibrahim berkata lagi: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku, supaya sayamendirikan sebuah rumah -yakni bait-di sana itu.” Ibrahim menunjuk pada suatubidang tanah yang tinggi. Di atas sekitar tanah itulah rumah itu didirikan.Pada waktu itu ia meninggikan paksi bait tersebut. Jadi Ismail yang datangdengan membawakan batunya, sedang Ibrahim yang mendirikannya. Sehingga setelahbangunan itu telah tinggi, datanglah beliau dengan membawa batu ini – yaknialmaqam, lalu batu itu diletakkan. Ibrahim berdiri di atasnya dan beliau sedangmendirikan bait dan Ismail memberikan batunya, keduanya sambil mengucap-kan:Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul ‘alim ertinya: Ya Allah, terimalahamalan kita ini, sesungguhnya Engkau adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui.Dalam riwayat lain disebutkan: “Sesungguhnya Ibrahim keluar dengan membawaIsmail dan ibu Ismail – yakni Hajar.
Beserta mereka adalah sebuah tempat untuk isi air. Ibu Ismail minum dari wadahair itu lalu meluaplah air susunya untuk diberikan kepada bayinya itu, sehinggadatanglah di Makkah. Ibrahim meletakkan isterinya di bawah sebuah pohon besar.Selanjutnya Ibrahim pun pulanglah kembali ke tempat keluarganya di Syam. ladiikuti oleh ibu Ismail, sehingga setelah mereka sampai di tanah Kada’,isterinya memanggilnya dari belakang: “Hai Ibrahim, kepada siapakah kita inianda serahkan, kalau anda meninggalkan kita.” Ibrahim menjawab: “Kepada Allah.”Isterinya berkata: “Kalau begitu saya redha dengan Allah, sebagai Zat yangdiserahi.” la lalu kembali dan masih terus dapat minum air dari wadah air yangdi bawahnya tadi dan air susunya pun tetap meluap untuk diberikan kepadabayinya.
Kemudian setelah air itu habis, ia berkata: “Andaikata saya pergi ke situ, lalusaya melihat-lihat ke sana ke mari, barangkali ada seseorang yang dapat saya temukan.” Ibnu Abbas berkata: “Hajar lalu pergi menaiki bukit Shafa, ia melihatke sana ke mari dan terus memerhatikan, barangkali ia dapat menemukan seseorang, tetapi tidak seorang pun yang di temuinya. Setelah ia sampai dilembah dan berlari kecil serta mendatangi bukit Marwah, kemudian mengerjakansedemikian itu pergi-balik sampai tiga kali, kemudian ia berkata: “Baiklah sayapergi menengok apa yang dilakukan oleh anak bayiku.” Ia pun pergilah, laludilihatnya anak itu sedang dalam keadaannya yang amat berat seolah-olah iamerintih-rintih dengan suara keras lalu perlahan.
Hatinya tidak tenang, kemudian berkata: “Sebaiknya saya pergi lagi sekali, sayaakan melihat ke sana ke mari, barangkali saya menemukan seseorang.” la pergilagi, kemudian naik bukit Shafa, terus melihat dan memperhatikan sekelilingnya,tetapi tidak seorang pun yang dijumpai olehnya, sehingga lari kecilnya antaraShafa dan Marwah itu lengkap tujuh kali pergi-balik. la berkata pula: “Cubalahsaya melihat apa yang dilakukan bayi itu.” Tiba-tiba ia mendengar suatu suara,lalu ia berkata: “Tolonglah, jikalau anda mempunyai sesuatu kebaikan.”Sekonyong-konyong Jibril a.s. nampak di situ, lalu ia berbuat sesuatu dengankakinya dan berkata: “Nah, beginilah.” Jibril a.s. memasukkan kakinya di bumilalu memancarlah airnya. Ibu Ismail amat kehairanan menyaksikan itu, sehinggaia pun memenuhi kedua tapak tangannya dengan air dan dimasukkan dalam wadahairnya.” Selanjutnya dihuraikanlah Hadis ini selengkapnya yang panjang.Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan riwayat-riwayat ini seluruhnya.
Addawhah ialah pohon besar. Ucapannya: qaffa ertinya meninggalkan dan membelakangi.
Aljariyyu iaitu utusan, sedang alfa ialah menemukan. Ucapannya yansyaghu, iaitumerintih dengan suara keras dan perlahan.
1865. Dari Said bin Zaid r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w.:Kam-ah – tanaman sebangsa manisan – getahnya cair semacam madu,* sedang airnyadapat digunakan sebagai ubat penyakit mata.” (Muttafaq ‘alaih)
* Almannu dapat diertikan madu, iaitu sebangsa madu yang diberikan oleh Tuhankepada kaum bani Israil, ketika mereka sedang kebingungan dalam padang pasirTiih dulu. Tetapi dapat pula diertikan kurnia atau kenikmatan Tuhan. Jadimenurut erti kedua ini, maka makna Hadis di atas ialah: Kam-ah itu termasukkenikmatan – yang dikurniakan oleh Allah pada para hambaNya – dan airnya dapatdigunakan sebagai ubat penyakit mata.” Wallahu a’lam

==================================================
Nabi Ibrahim memilih satu kambing besar dan memerintahkan untuk disembelih serta menyebut nama Allah SWT saat menyembelihnya. Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat dermawan dan beliau mengetahui bahwa Allah SWT pasti membalas orang-orang yang dermawan. Barangkali di rumahnya tidak ada hewan lain selain kambing itu, tetapi karena kedermawanannya, beliau pun menghidangkan kambing itu untuk tamunya.

Kemudian disiapkanlah makanan. Istrinya membantu untuk melayani mereka dengan penuh kehormatan. Setelah siap, Beliau memanggil tamu-tamunya untuk makan. Beliau mengisyaratkan untuk menyebut nama Allah SWT, kemu­dian Beliau mulai mengawali untuk memakan agar mereka juga mulai makan.  Beliau memperhatikan sikap tamu-tamunya, namun tak seorang pun di antara tamunya yang mengulurkan tangan. Nabi Ibrahim mendekatkan makanan itu kepada mereka sambil berkata: "Mengapa kalian tidak makan?" Nabi Ibrahim kembali ketempatnya sambil mencuri pandangan, tapi lagi-lagi mereka masih tidak memakannya. Saat itu Beliau merasakan ketakutan.
Dalam tradisi kaum Badui diyakini bahwa tamu yang tidak mau makan hidangan yang disajikan oleh tuan rumah, maka ini berarti bahwa ia hendak berniat jelek pada tuan rumah. Nabi Ibrahim kembali berpikir dengan penuh keheranan melihat sikap tamu-tamunya. Nabi Ibrahim kembali berpikir, bagaimana tamu-tamu itu secara mendadak menemuinya di mana ia tidak melihat mereka sebelumnya kecuali setelah mereka ada di hadapannya.
Beliau mengangkat pandangannya, lalu beliau mendapati istrinya Sarah berdiri di ujung kamar. Melalui pandangannya yang membisu, Nabi Ibrahim hendak mengatakan bahwa ia merasa takut terhadap tamu-tamunya, namun wanita itu tidak memahaminya. Nabi Ibrahim berpikir bahwa tamu- tamunya itu berjumlah tiga orang dan mereka tampak masih muda-muda sedangkan ia sudah tua.

Para malaikat dapat membaca pikiran yang bergolak dalam diri Nabi Ibrahim. Salah seorang malaikat berkata padanya: "Janganlah engkau takut." Nabi Ibrahim mengangkat kepalanya dan dengan penuh kejujuran ia berkata: "Aku mengakui bahwa aku merasa takut. Aku telah mengajak kalian untuk makan dan telah menyambut kalian, tapi kalian tidak mau memakannya. Apakah kalian mempunyai niat buruk kepadaku?" Salah seorang malaikat tersenyum dan berkata: "Kita tidak makan wahai Ibrahim, karena kita adalah malaikat-malaikat Allah SWT dan kami telah diutus kepada kaum Luth."

Mendengar semua itu, istri Nabi Ibrahim tertawa. Ia berdiri mengikuti dialog yang terjadi antara suaminya dan rnereka. Salah seorangmalaikat menoleh kepadanya dan memberinya kabar gembira tentangkelahiran Ishak. Allah SWT memberimu kabar gembiradengan kelahiran Ishak. Wanita tua itu dengan penuh keheranan berkata:"Sungguhmengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorangperempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sangat tua pula?" (QS. Hud: 72)Dan salah seorang malaikat kembali berkata kepadanya:"Dan sesudah Ishak (lahir pula) Ya'qub." (QS.Hud: 71)
Engkau akan menyaksikan kelahiran cucumu. Bergolaklah berbagai perasaan dalam had Nabi Ibrahim dan istrinya. Suasana di kamar punberubah dan hilanglah rasa takut dari Nabi Ibrahim. Kemudian hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Istrinya yang mandul berdiri dalam keadaan gemetar, karenaberita gembira yang dibawa oleh paramalaikat itu cukup menggoncangkan jiwanya.Ia adalah wanita yang tua dan mandul dan suaminya juga laki-laki tua, maka bagaimana mungkin, padahal diaadalah wanita tua. Di tengah-tengahberita yang cukup menggoncangkan tersebut, Nabi Ibrahim bertanya:
"Apakah kamumemberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku ielah lanjut, makadengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamukabarkan ini?" (QS. al-Hijr: 54)

Apakah beliau ingin mendengarkan kabar gembira untuk kedua kalinya,ataukah ia ingin agar hatinya menjadi tenang dan mendengar kedua kalinya karunia dari Allah SWT padanya? Atau­kah NabiIbrahim ingin menampakkan kegembiraannya kedua kali­nya? Para malaikatmenegaskan padanya bahwa mereka membawa berita gembira yang penuh dengan kebenaran.
"Merekamenjawab: 'Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, makajanganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.'" (QS. al-Hijr: 55)

"Ibrahim berkata: 'Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yangsesat.'" (QS. al-Hijr: 56)
Para malaikat tidak memahami perasaan kemanusiaannya, maka mereka melarangnya agar jangan sampai berputus asa. Nabi Ibrahim memahamkan mereka bahwa ia tidak berputus asa tetapi yang ditampakkannya hanya sekadar kegembiraan. Kemudian istri Nabi Ibrahimturut bergabung dalam pembicaraan bersama me­reka.la bertanya dengan penuh keheranan: "Apakah aku akan melahirkan sementara aku adalah wanita yang sudahtua. Sungguh hal ini sangat mengherankan." Para malaikat menjawab:"Para malaikatitu berkata: 'Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allahdan keberkatan-Nya, dicurahhan atas kamu, hai Ahlulbait! Sesungguhnya AllahMaha Terpuji lagi Maha Pemurah.'" (QS. Hud: 73)
Beritagembira itu bukan sesuatu yang sederhana dalam kehidupan Nabi Ibrahim danistrinya. Nabi Ibrahim tidak mempuyai anakkecuali Ismail di mana ia meninggalkannya di tempat yang jauh, di Jazirah Arab. Istrinya Sarah selamapuluhan tahun bersamanya dan tidakmemberinya anak. Ia sendiri yang menikahkan Nabi Ibrahim dengan pembantunya,Hajar. Maka dari Hajar lahirlah Ismail, sedangkan Sarah tidak memiliki anak.Oleh karena itu, Sarah memilikikerinduan besar terhadap anak.

Para malaikat berkata padanya: "Sesungguhnya itu terjadi dengan kehendak Allah SWT. Demikianlah yang diinginkan-Nya kepadanya dan pada suaminya." Kemudian saat ia berusia senja, ia mendapatkankabar gembira di mana ia akan melahirkan seorang anak, bukan anak biasa tetapi seorang anak yang cerdas. Bukan ini saja, para malaikat juga menyampaikan kepadanyabahwa anaknya akan mempunyai anak(cucunya) dan ia pun akan menyaksikannya. Wanita itu telah bersabar cukup lama kemudian ia memasuki usia senja dan lupa. Lalu datanglah balasan Allah SWTdengan tiba-tiba yang menghapus semua ini. Air matanya berlinang saat iaberdiri karena saking gembiranya. Sementara itu Nabi Ibrahim as merasakan suatu perasaan yang mengherankan. Hatinyadipenuhi dengan kasih sayang dankedekatan. Nabi Ibrahim mengetahui bahwa ia sekarang berada di hadapansuatu nikmat yang ia tidak mengetahui bagaimana harus mensyukurinya.

Nabi Ibrahim segera bersujud. Saat itu anaknya Ismail ada di sana namun ia jauh darinya sehingga tidak melihatnya. Ismail ada di sana atas perintah Allah SWT di mana Dia memerintahkannya untuk membawa anaknya bersama ibunya dan meninggalkan mereka di suatu lembah yang tidak memiliki tanaman dan air. Demikian­lah perintah tersebut tanpa ada keterangan yang lain. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut dengan tulus, dan beliau hanya berdakwah dan menyembah Allah SWT.

Allah SWT memberinya kabar gembira saat beliau menginjak usia tua dengan kelahiran Ishak dari istrinya Sarah, dan setelah kelahirannya disusul dengan kelahiran Yakub. Nabi Ibrahim bangun dari sujudnya lalu pandangannya tertuju pada makanan. Ia merasa tidak rnarnpu lagi melanjutkan makan karena saking gembiranya. Ia memerintahkan pembantunya untuk mengangkat makanan, lalu beliau menoleh kepada para malaikat. Hilanglah rasa takut Nabi Ibrahim dan keresahannya menjadi tenang. Nabi Ibrahim mengetahui bahwa mereka diutus pada kaum Luth sedangkan Luth adalah anak saudaranya yang tinggal bersamanya di tempat kelahirannya.

Nabi Ibrahim mengetahui maksud pengutusan para malaikat pada Luth dan kaumnya. Ini berarti akan terjadi suatu hukuman yang mengerikan. Karakter Nabi Ibrahim yang penyayang dan lembut menjadikannya tidak mampu menahan kehancuran suatu kaum. Barangkali kaum Luth akan bertaubat dan masuk Islam serta menaati perintah rasul mereka.

Nabi Ibrahim mulai mendebat para malaikat tentang kaum Luth.
Nabi Ibrahim berbicara kepada me­reka, bahwa boleh jadi mereka akan beriman dan keluar dari jalan penyimpangan. Namun para malaikat memahamkannya bahwa kaum Luth adalah orang-orang yang jahat, dan bahwa tugas mereka adalah mengirim batu-batuan yang panas dari sisi Tuhan bagi orang-orang yang melampaui batas.

Setelah para malaikat menutup pintu dialog itu, Nabi Ibrahim kembali berbicara kepada mereka tentang orang-orang mukmin dari kaum Luth. Ia bertanya kepada mereka: "Apakah kalian akan menghancurkan suatu desa yang di dalamnya terdapat tiga ratus orang mukmin?"
Para malaikat menjawab: "Tidak."
Nabi Ibrahim mulai mengurangi jumlah orang-orang mukmin dan ia bertanya lagi kepada mereka:"Apakah desa itu akan dihancurkan sementara masih ada sejumlah orang-orang mukmin ini." Para malaikat menjawab: "Kami lebih mengetahui orang-orang yang ada di dalamnya." Kemudian mereka memahamkannya bahwa perkara tersebut telah ditetapkan dan bahwa kehendak Allah SWT telah diputuskan untuk menghancurkan kaum Luth.

Para malaikat memberi pengertian kepada Nabi Ibrahim agar beliau tidak terlibat lebih jauh dalam dialog itu karena Allah SWT telah memutuskan perintah-Nya untuk mendatangkan azab yang tidak dapat ditolak, suatu azab yang tidak dapat dihindari dengan pertanyaan Nabi Ibrahim. Namun pertanyaan Nabi Ibrahim itu berangkat dari seorang Nabi yang sangat penyayang dan penyantun.

Allah SWT berfirman:"Dan sesungguhnya utusan-utusan kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:'Salamun' (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Yakub. Istrinya berkata: 'Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.' Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Terpuji.' Maka tatkala rasa takut itu hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak." (QS.Hud: 69-76)

Pernyataan malaikat itu sebagai syarat untuk mengakhiri perdebatan itu. Ibrahim pun terdiam.
Marilah kita tinggalkan Nabi Ibrahim dan kita beralih pada Nabi Luth dan kaumnya.

KISAH KEHIDUPAN NABI ISHAQ AS
Setelah Allah mengaruniakan Nabi Ismail ‘alaihis salam kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala agar dikaruniakan anak dari istrinya yang bernama Siti Siti Sarah. Istri yang selalu setia bersamanya dalam menegakkan kalimatullah. Maka Allah mengabulkan doanya dan mengutus beberapa malaikat dalam bentuk manusia untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya akan lahirnya seorang anak dari istrinya, Siti Sarah. Mereka juga memberitahukan tujuan mereka yang lain, yaitu pergi mendatangi kaum Luth untuk menimpakan azab kepada mereka.
Ketika para malaikat itu datang kepada Nabi Ibrahim, maka ia menyambut mereka dengan sebaik-baiknya dan mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu, selanjutnya ia segera menyiapkan jamuan makan untuk mereka. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah seorang yang selalu memuliakan tamu di samping sebagai seorang yang dermawan. Tidak lama kemudian, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam datang membawa anak sapi yang gemuk yang telah dipanggang serta menghidangkannya kepada mereka, tetapi mereka tidak makan dan tidak meminum jamuan yang telah dihidangkan itu, hingga akhirnya Nabi Ibrahim merasa takut terhadap mereka, maka malaikat-malaikat itu pun menenangkannya dan memberitahukan kepadanya tentang diri mereka serta memberikan kabar gembira kepadanya dengan seorang anak yang ‘alim (berilmu).
Ketika itu, Siti Sarah mendengar pembicaraan mereka, maka ia datang dalam keadaan heran terhadap kabar gembira yang mereka sampaikan, bagaimana ia akan melahirkan sedangkan ia seorang wanita yang sudah tua lagi mandul (ketika itu usianya 90 tahun), sedangkan suaminya juga sudah lanjut usia (lihat surat Hud: 72). Maka malaikat berkata, “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (Terj. Adz Dzaariyat: 30)
Mendengar berita itu, Nabi Ibrahim pun menjadi tenang dan berbahagia, apa yang dinanti-nantikannya ternyata akan tiba. Mereka sangat bersyukur kepada Allah atas adanya kabar ini. Sebagaimana firman Allah dalam Al qur’an:“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.–Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.–Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (Terj. QS. Shaad: 45-47)
Dan, yang dinanti-nantikannya ternyata akan tiba. Selang beberapa waktu, maka datanglah apa yang dinantikan itu, istrinya yaitu Siti Sarah melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Ishaq oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Saat itu, usia Nabi Ibrahim 100 tahun. Ishaq lahir empat belas tahun setelah kelahiran Isma’il.
Al Qur’anul Karim tidak menyebutkan secara panjang lebar kisah Nabi Ishaq ‘alaihis salam, demikian pula tentang kaum yang kepada mereka diutus Nabi Ishaq. Akan tetapi Allah memuji Nabi Ishaq di beberapa tempat dalam Al Qur’an, di antaranya:“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.–Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.–Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (Terj. QS. Shaad: 45-47)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memuji Nabi Ishaq dalam sabdanya,“Yang mulia putera yang mulia, putera yang mulia dan putera yang mulia adalah Yusuf putera Ya’qub, putera Ishaq, putera Ibrahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ahli Kitab menyebutkan, bahwa Nabi Ishaq as ketika menikahi Rafqah binti Batu’il saat ayahnya (Nabi Ibrahim) masih hidup, saat itu usianya 40 tahun. Istrinya adalah seorang yang mandul, maka Nabi Ishaq berdoa kepada Allah untuknya, hingga istrinya pun hamil dan melahirkan anak yang kembar; yang pertama bernama ‘Iishuu. Orang-orang Arab menyebutnyta ‘Iish, ia adalah nenek moyang bangsa Romawi. Yang kedua bernama Ya’qub. Disebut Ya’qub karena ia lahir dalam keadaan memegang tumit saudaranya. Ya’qub yang nantinya akan menjadi Nabi dan Rasul Allah dan Nabi Ya’qub as ini memperoleh pula keturunan yang banyak, di antaranya Nabi Yusuf as yang juga menjadi Nabi dan Rasul. Dan dari Nabi Ishaq as inilah yang menurunkan Nabi-nabi dari Bani Israil yang kemudian sampai kepada Nabi Isa as. Sesudah kelahiran Nabi Isa as, kemudian ditutup dengan Nabi terakhir yaitu NabiMuhammas SAW dari keturunan Nabi Ismail as.
Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai nabi dan rasul, maka Nabi Ishaq ‘alaihis salam wafat. Beliau wafat dalam usia 180 tahun dan dikuburkna di jirun yang sekarang dinamakan kota Madinah.

Cerita Nabi Ishaq-

Pada saat yang bersamaan, istri Nabi Ibrahim mendengar pembicaraan antara malaikat dengan Nabi Ibrahim. Ia pun datang menghampiri mereka dengan keheranan terhadap kabar yang mereka bawa. Ia bingung bagaimana mungkin ia akan melahirkan, padahal ia merupakan wanita yang telah tua dan juga mandul, saat itu usianya telah mencapai 90 tahun. Sementara itu suaminya juga telah berusia lanjut. Hal tersebut juga tertulis dalam Al Qur an yang berbunyi sebagai berikut

Nabi Ishaq adalah putera nabi Ibrahim dari isterinya Sarah, sedang Nabi Ismail adalah puteranya dari Hajr, dayang yang diterimanya sebagai hadiah dari Raja Namrud.Tentang Nabi Ishaq ini tidak dikisahkan dalan Al-Quran kecuali dalam beberapa ayat di antaranya adalah ayat 69 sehingga 74 dari surah Hud, seperti berikut:
69. " Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami {malaikat-malaikat} telah datang kepada Ibrahim membawa khabar gembira mereka mengucapkan "selamat".Ibrahim menjawab: "Selamatlah" maka tidak lama kemudian Ibrahim menjamukan daging anak sapi yang dipanggang.
70. "Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat itu berkata " Janagan kamu takut sesungguhnya kami adalah {malaikat-malaikat} yang diuts untuk kaum Luth."
71. "dan isterinya berdiri di sampingnya lalu di tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan {kelahiran} Ishaq dan sesudah Ishaq {lahir pula} Ya'qub."
72. Isterinya berkata " sungguh menghairankan apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua juga? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang aneh."
73. Para malaikat itu berkata " Apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan Allah? { itu adalah} rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu hai ahlulbait! sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. "
74. "Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya dia pun bersoal jawab dengan {malaikat- malaikat} Kami tentang kaum Luth." { Hud : 69 ~ 74 }
Selain ayat-ayat yang tersebut di atas yang membawa berita akan lahirnya Nabi Ishaq daripada kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia yang menurut sementara riwayat bahawa usianya pada waktu itu sudah mencapai sembilan puluh tahun, terdapat beberapa ayat yang menetapkan kenabiannya di antaranya ialah ayat 49 surah "Maryam" sebagai berikut:
" Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang meerka sembah selain Allah Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qup. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi."
Dan ayat 112 dan 113 surah "Ash-Shaffaat" sebagai berikut :
" 112. Dan Kami dia khabar gembira dengan {kelahiran} Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang soleh. 113. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada {pula} yang zalim terhadap dirinya dengan nyata."
Catatan Tambahan
Diriwayatkan bahawa Nabi Ibrahim wafat pada usia 175 tahun. Nabi Ismail pada usia 137 tahun dan Nabi Ishaq pada usia 180 tahun.
Al-Qur'an al-Karim hanya menyebutkan sekilas tentang kisah Nabi Ishak. Kelahiran nabi ini membawa suatu kejadian yang luar biasa di mana para malaikat menyampaikan berita gembira tentang kelahirannya. Kelahirannya terjadi setelah beberapa tahun dari kelahirannya Nabi Ismail, saudaranya. Had Sarah sangat senang dengan kelahiran Ishak dan kelahiran putranya Yakub as. Tetapi kita tidak mengetahui bagaimana kehidupan Nabi Ishak dan bagaimana kaumnya bersikap padanya. Yang kita ketahui hanya, bahawa Allah s.w.t memujinya sebagai seorang nabi dari orang-orang yang soleh.

Istri berkata : “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh” (Qs. Hud 11 : 72)
Maka malaikat pun berkata ; mereka berkata “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan”, sesungguhnya Dialah yang maha bijaksana lagi maha mengetahui” (QS Az Zariyat 51 : 30)
Mendengar berita itu, Nabi Ibrahim as pun menjadi tenang dan berbahagia, mereka sangat bersyukur kepada Allah SWT atas adanya kabar tersebut. Sebagaimana yang telah difirmankan dalam Al Qur an
“dan ingatlah hamba-hamba kami : Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan perbuatan yang besar dan ilmu ilmu yang tinggi. Sesungguhnya kami telah mensucikan mereka dengan (menganugrahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi kami benar-benar termasuk orang-orang pilihanyang paling baik (QS Sad 38 : 45 – 47)
Dan yang dinanti-nantinya ternyata akan tiba. Selang beberapa waktu, maka datanglah apa yang dinantikan itu, yaitu siti sarah melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Ishaq oleh Nabi Ibrahim as. Saat itu, usia Nabi Ibrahim as telah 100 tahun.  Nabi Ishaq as lahir empat belas tahun setelah kelahiran Nabi ismail as
Al Qur’anul karim tidak menyebuatkan secara panjang lebar kisah Nabi isaq as, demikin pula tentang kaum yang kepada mereka diutus Nabi Ishaq. Namuun Allah memuji Nabi Ishaq as di beberapa tempat dalam al qur an, antara lain sebagai berikut :“dan ingatlah hamba-hamba kami : Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan perbuatan yang besar dan ilmu ilmu yang tinggi. Sesungguhnya kami telah mensucikan mereka dengan (menganugrahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi kami benar-benar termasuk orang-orang pilihanyang paling baik (QS Sad 38 : 45 – 47)

Sementara itu dalam sabdanya, Nabi Muhammad saw juga memuji Nabi Ishaq as. :“yang mulia putera yang mulia, putera yang mulia dan putera yang mulia adalah Yusuf putera Ya’qub, putera Ishaq, putera Ibrahim” (Hr. Bukhari dan muslim)

Ahli kitab menyebutkan bahwa Nabi Ishaq as ketika menikah dengan Rafqah binti batu’il saat ayahnya yaitu ibraim as masih hidup, saat itu usianya telah mencapai 40 tahun. Dan istrinya juga sempat menjadi mandul seperti ibunya, maka Nabi Ishaq as pun berdoa memohon kepada Allah untuknya, sehingga istrinya pun hamil dan melahirkan putera kembar yang pertama bernama ‘Iishuu. Orang-orang arab menyebutnya ‘Ish; ia merupakan nenek moyang dari bangsa romawi.

Yang kedua bernama Ya’qub. Disebut Ya’qub karena ia terlahir dalam keadaan memegang tumit saudaranya. Putra Ishaq yang bernama Ya’qub inilah yang nantinya menjadi Nabi dan rasul Allah dan Nabi Ya’qub akan mendapat keturunan yang banyak, di antaranya Nabi yusuf as yang menjadi menjadi Nabi dan rasul. Dan dari Nabi Ishaq as inilah menurunkan Nabi-Nabi dari bani israil yang kemudian sampai pada Isa as. Setelah Nabi isa as, kemudian diakhiri dengan Nabi muhammad dari keturunan Nabi Ismai as.
Setelah Nabi Ishaq as menyeleseaikan tugasnya sebagai Nabi dan rasul utusan Allah, ia meninggal dunia pada usia 180 tahun dan dimakamkan di Jirun, yang saat ini menjadi kota yang bernama  Madinah.
Itulah ulasan mengenai cerita Nabi Ishaq as, tentang asal usul, kehidupan, dan kesabarannya. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita Nabi di atas. Aamiin.

Adapun Yakub, ia adalah Nabi pertama yang berasal dari sulbinya. Beliau adalah Yakub bin Ishak bin Ibrahim. Namanya adalah Israil ia adalah seorang Nabi yang diutus bagi kaumnya. Allah s.w.t menyebutkan tiga bagian dari kisahnya. Berita gembira tentang kelahirannya disampaikan oleh para malaikat kepada datuknya Ibrahim dan Sarah neneknya. Allah s.w.t juga menyebutkan wasiatnya saat ia meninggal. Dan Allah s.w.t akan menyebutkannya setelah itu - tanpa mengisyaratkan namanya - dalam kisah Nabi Yusuf. Melalui wasiatnya tersebut, kita dapat mengetahui tingkat ketakwaannya. Kita mengetahui bahawa kematian adalah suatu bencana yang akan menghancurkan manusia sehingga karenanya manusia menjadi lupa terhadap namanya dan ia hanya ingat terhadap penderitaan dan kesusahannya, tetapi Nabi Yakub tidak lupa saat ia menjemput kematian untuk berdoa kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t berfirman:"Adakah hamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: 'Apa yang kamu sembah sepeninggalku?' Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek mayangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishah, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya. " (QS. al- Baqarah: 133)
Peristiwa ini yang terjadi antara Nabi Yakub dan anak-anaknya di saat menjelang kematian adalah peristiwa yang sangat besar. Kita di hadapan seseorang yang menghadapi sakaratul maut. Apakah masalah yang menyibukkan fikirannya di saat sakaratul maut? Apakah fikiran-fikiran yang selalu mengganggunya saat sakaratul maut? Apakah perkara penting yang harus disampaikannya sehingga hatinya menjadi tenang sebelum kematiannya? Apakah warisan yang ingin ditinggalkannya kepada anak- anaknya dan cucu-cucunya? Apakah sesuatu yang ingin disampaikannya sebelum kematiannya yang dapat menjamin keselamatan manusia? Anda akan menemukan jawaban dari semua pertanyaan itu saat beliau bertanya: "Apa yang kalian sembah sepeninggalku?" Pertanyaan itulah yang sangat merisaukan beliau saat menghadapi sakaratul maut. Yaitu masalah keimanan kepada Allah s.w.t. la adalah masalah satu-satunya dan ia merupakan warisan hakiki. Anak-anak Israil menjawab: "Kami menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu Ibrahim, Ismail, dan Ishak. Yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami akan berserah diri pada-Nya."
Telah terdapat dalil yang kuat yang menunjukkan bahawa mereka diutus untuk menyebarkan Islam. Jika mereka (anak-anak Israil) keluar dari Islam, maka mereka bererti keluar dari rahmat Allah s.w.t dan jika mereka tetap mempertahankannya, maka mereka akan mendapatkan rahmat. Yakub meninggal dan ia bertanya kepada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar