Minggu, 07 Desember 2014

Sejarah Dan Hakikat Sinterklas Dalam Misi Kristenisasi

Misi Kristenisasi di Balik Tokoh Natal, Sinterklas

Dalam dekade 2000-an ini, ada sebuah perubahan dahsyat pada kehidupan kaum muslimin, akibat adanya gesekan dan pergaulan dengan non-muslim. Adanya hubungan itu, karenanya adanya kebutuhan masing-masing orang dalam menyelesaikan hajatnya. Kita ambil contoh –misalnya- para pedagang besar yang membuka berbagai macam pusat perbelanjaan. Dengan ini, mereka membuka peluang kerja bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan. Si pedagang besar biasanya kafir, sedang si pekerja adalah mayoritas muslim.

Jelas dari hubungan kerja ini, si pedagang adalah pimpinan bagi para pekerja. Sisi inilah yang dimanfaatkan oleh para pedagang besar dari kalangan kaum kafir untuk menyebarkan agama dan pemikiran sesat yang mereka yakini.

Contoh konkrit ada di depan mata anda!! Jika anda berjalan-jalan ke pusat-pusat perbelanjaan atau tempat lainnya, maka bola mata anda yang bulat akan meneropong sebuah pemandangan miris lagi tragis, adanya para pekerja menggunakan simbol dan syiar Kristiani dengan menggunakan topi Sinterklas, toko-toko dihiasi dengan berbagai hiasan-hiasan natal, mulai pohon natal yang dihias permen natal, lampu natal, permen tongkat (candy cane), sampai kepada kaos kaki natal.

Semua ini merupakan syiar agama Kristiani (Nasrani) yang “paksakan” atas pekerja yang muslim, maupun yang kafir. Ini jelas merupakan bentuk penjajahan atas agama, pribadi dan hak asasi kaum muslimin. Atribut dan simbol Kristiani ini digambarkan dan disamarkan dengan propaganda bahwa itu adalah hal yang biasa, kemajuan, dan ungkapan rasa gembira yang tak terlarang!! Subhanallah, sungguh busuk niat-niat mereka.

Sejarah dan Hakikat Sinterklas

Sinterklas (dalam bahasa lain juga dikenal dengan nama Santa Claus, Santo Nikolas, Santo Nick, Bapak Natal, Kris Kringle, Santy, atau Santa) adalah tokoh dalam agama Kristen (Nasrani). Ia dikenal sebagai seorang yang memberikan hadiah kepada anak-anak, khususnya pada Hari Natal.

Santa berasal dari tokoh dalam cerita rakyat di Eropa yang berasal dari tokoh Nikolas dari Myra, adalah orang Yunani kelahiran Asia Minor pada abad ketiga masehi di kota Patara (Lycia et Pamphylia), kota pelabuhan di Laut Mediterania, dan tinggal di Myra, Lycia (sekarang bagian dari Demre, Turki). Ia adalah anak tunggal dari keluarga Kristen yang berkecukupan bernama Epiphanius (Ἐπιφάνιος) dan Johanna (Ἰωάννα) atau Theophanes (Θεοφάνης) dan Nonna (Νόννα) menurut versi lain. Nikolas adalah seorang uskup yang memberikan hadiah kepada orang-orang miskin

Tokoh Santa kemudian menjadi bagian penting dari tradisi Natal di dunia barat dan juga di Amerika Latin, Jepang dan bagian lain di Asia Timur. Hari Sinterklas dirayakan di seluruh dunia setiap tanggal 6 Desember.

Santo Nikolas dari Myra adalah inspirasi utama untuk figur orang Kristen tentang Sinterklas. Dia adalah uskup Myra di Lycia pada abad ke 4. Nikolas terkenal untuk kebaikannya memberi hadiah kepada orang miskin. Dia sangat religius dari awal umurnya dan mencurahkan hidupnya untuk Kristen. Di Eropa (lebih tepatnya di Belanda, Belgia, Austria dan Jerman) dia digambarkan sebagai uskup yang berjanggut dengan jubah resmi. Relik dari Santo Nikolas dikirim ke Bari di Italia selatan oleh beberapa pedagang Italia; sebuah basilika dibangun tahun 1087 untuk memberi mereka rumah dan menjadi daerah ziarah.

Santo Nikolas menjadi dirujuk oleh orang banyak sebagai Santo pelindung bagi pelaut, pedagang, pemanah, anak-anak, tuna susila, ahli obat, pengacara, pegadaian, tahanan, kota Amsterdam dan Rusia.[1]

Konon kabarnya, Sinterklas selalu berusaha apabila ia memberi sesuatu, agar tidak dilihat maupun diketahui oleh si penerima, sesuai dengan ajaran dari Alkitab. Pada suatu hari ia berusaha untuk membantu seseorang dari sebuah atap rumah dengan menjatuhkan sekantung uang melalui cerobong asap. Dan kebetulan uang tersebut jatuh ke dalam kaos kaki yang sedang digantungkan oleh anak si pemilik rumah untuk dikeringkan di dekat api pemanas. Hal ini rupanya diketahui oleh si pemilik rumah.

Sejak saat itu timbul kepercayaan bahwa Sinterklas selalu datang melalui cerobong asap di waktu tengah malam dan memberi hadiah untuk anak-anak di kaos kaki atau kantong di dekat ranjang atau di bawah pohon Natal.


Kesimpulan:

1. Haram hukumnya menjual atau membeli, memakai dan menyebarkan barang-barang yang mengajak kepada kekafiran, semisal aksesori, gambar, pakaian dan lainnya diantara hal yang biasa dikenal dalam dunia dan Sinterklas
2. Terlarang seorang muslim ikut meramaikan Tahun Baru dan Hari Natal, karena keduanya adalah hari raya kaum kafir.
3. Seorang muslim harus tegas saat hak asasi agamanya diijak-injak oleh kaum kafir.
4. Menjaga diri dan keluarga agar jangan meniru atau bangga dengan kaum kafir, semisal Santa Claus yang notabene pendeta kafir!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar