Senin, 22 September 2014

Fisikawan Tahun 2000-2010

Tahun 2000
Pada tahun 2000 ada tiga pemenang Nobel di bidang Fisika . Mereka itu adalah Insinyur Jack S. Kilby yang berasal dari Amerika, Dr. Zhores I. Alferov yang berasal dari Rusia dan Dr. Herbert Kroemer yang berasal dari Jerman . Mereka bertiga dianggap berjasa dalam mengembangkan perangkat elektronik sehingga mengantarkan ke arah perkembangan pemanfaatan komputer yang sangat fantastis. Penemuan yang membawa mereka meraih Penghargaan Nobel itu sendiri yaitu, suatu pengembangan heterostruktur semikonduktor digunakan dalam kecepatan tinggi dan opto- elektroniks(elektronika Optis) dan bagiannya dalam pengembangan sirkuit gabungan. Suatu rancangan komponen elektronik berupa rangkaian terpadu atau integrated circuits (IC) yang kini lebih dikenal sebagai chip. Komponen elektronik berukuran sangat kecil itu berperan
sebagai “otak elektronik” pada setiap komputer.
Tahun 2001
Eric Allin Cornell, Wolfgang Ketterle,dan Carl Edwin Wieman. Ketiganya berasal dari dua Negara berbeda yaitu Amerika dan Jerman. Mereka meraih Penghargaan Nobel untuk prestasi pada kondensasi Bose-Einstein dalam gas cair dari atom alkali, dan untuk studi fundamental yang merupakan awal dari sifat kondensasi.
Tahun 2002
Raymond Davis, Jr yang berasal dari Amerika, Riccardo Giacconi yang juga berasal dari Amerika dan Masatoshi Koshiba yang berasal dari negeri tirai bamboo Jepang. Mereka meraih Penghargaan Nobel untuk sumbangan pionir pada astrofisika, khususnya pada deteksi neutrino kosmik dan untuk sumbangan pionir pada astrofisika juga, yang telah menyebabkan penemuan sumber sinar X kosmik.
Tahun 2003
Anthony James Leggett yang berkebangsaan Britania-Amerika, Alexei Alexeevich Abrokosov beradasl, dan Vitaly Lazarevich Ginzburg yang berasal dari Rusia-Amerika. Mereka mendapatkan
Penghargaan Nobel untuk sumbangan pionir pada teori superkonduktor dan superfluida.
Tahun 2004
David J Gross, H David Politzer, dan Frank Wilczek. Mereka bertiga berasal dari Amerika dan meraih Nobel untuk penemuan kebebasan asimtot dalam teori interaksi kuat . Mereka membantu memecahkan masalah alam dari apa yang dikenal sebagai Gaya Kuat dan yang mengikat atom bersama.
Tahun 2005
John L Hall yang berkebangsaan Amerika dan Theodore W Hansch yang berkebangsaan Jerman. Mereka meraih Penghargaan untuk sumbangan mereka kepada perkembangan spektroskopi tepat berbasiskan laser, termasuk teknik penyisiran frekuensi optic.
Tahun 2006
John C. Mather dan George F Smoot, keduanya adalah ilmuwan asal Amerika Serikat yang berprestasi di bidang Fisika. Mereka berdua menerima Nobel karena karya mereka soal asal mula alam semesta serta obvervasi yang dilakukan, berperan besar dalam perkembangan kosmologi moderen untuk penemuan benda hitam dan anisotropi radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik.
Tahun 2007
Albert Fert adalah fisikawan Perancis dan penemu efek GMR (Giant Magnetoresistance) yang membawa terobosan dalam gigabita cakram keras. Ia merupakan pengajar di Université Paris- Sud di Orsay dan direktur sains pada laboratorium bersama (Unité mixte de physique) antara Centre national de la recherche scientifique (Pusat Penelitian Nasional) dan Thales Group. Bersama dengan Albert Fert, Peter Grunberg yang merupakan fisikawan Jerman dan juga salah seorang penemu efek GMR (Giant Magnetoresistance) yang membawa terobosan dalam gigabita cakram keras yang membawa mereka meraih Penghargaan Nobel di bidang Fisika.
Tahun 2008
Makoto Kobayashi, Toshihide Maskawa, dan Yoichiro Nambu adalah tiga Ilmuan Fisika yang berkebangsaan jepang. Mereka bertiga meraih Penghargaan Nobel pada tahun 2008 untuk penemuan mekanisme pemecahan simetri spontan dalam fisika sub atom.
Tahun 2009
Charles K. Kao, Willard Boyle, dan George E. Smith yang berasal dari amerika meraih Penghargaan Nobel pada tahun 2009 atas jasanya dalam penemuan di bidang serat optik dan sensor citra CCD .
Tahun 2010
Andre Geim dan Konstantin Novoselov, keduanya beasal dari Universitas Manchester, Inggris, mendapat hadiah nobel dalam bidang Fisika pada tahun 2010 untuk penelitiannya mengenai graphene. Barang sederhana itu ternyata membuka jalan bagi penemuan besar. Andre Geim dan Konstantin Novoselov sedang mencari akal bagaimana mengambil contoh material dari grafit, bahan yang biasa dipakai untuk pensil. Kedua ilmuwan kelahiran Rusia itu sedang berupaya menengok lapisan paling tipis dari grafit sampai pada ikatan atom-atom karbonnya. Mereka pun mencoba memakai selotip buatan pabrik 3M (scotch tape) yang sudah terkenal daya lekatnya itu. Selotip besar itu ditempelkan di grafit untuk mengambil sampel serbuk-serbuk karbonnya. Dengan metode sederhana itu, keduanya kemudian menulis hasil penelitian atas lapisan ikatan atom karbon di grafit, yang dikenal dengan nama graphene, dalam jurnal Nature Materials tahun 2007. Tiga tahun kemudian, Geim dan Novoselov diganjar hadiah nobel bidang fisika karena berhasil mengambil
sampel graphene dan mempelajarinya, berkat sebuah selotip.
Apa istimewanya selotip Scotch? Perangkat itu sebelumnya telah banyak membantu berbagai penelitian di laboratorium. Atas jasanya, manusia kini menemukan graphene, materi dalam bentuk lembaran paling tipis yang pernah ditemukan manusia. Tersusun atas atom karbon dalam kerangka segi enam yang berbentuk seperti sarang lebah, bila diperbesar graphene akan tampak seperti kawat kasa. Graphene merupakan material baru yang memiliki sifat elektronik unggul, di antaranya adalah mobilitas pembawa muatan yang tinggi. Sifat ini dan lainnya menyebabkan graphene banyak diteliti, baik secara teori maupun eksperimental. Grafit sebagai bahan graphene adalah salah satu bentuk alami karbon. Satu milimeter grafit terdiri atas tiga juta lapisan graphene yang berdiri satu sama lain, tapi dalam susunan yang lemah. Namun, bila grafit itu diiris tipis-tipis menggunakan selotip hingga tersisa satu lapisan tunggal atom saja dengan metode chemical exfoliation (pengelupasan kimiawi) yang ditemukan Geim dan Novoselov enam tahun lalu, akan menjadi material yang sangat kuat. Meski tak lebih tebal dari sebuah atom, kekuatan graphene memang 100 kali lebih kenyal daripada baja. Sifat tipis dan kuat saja tak cukup untuk menggambarkan kelebihan material ini. Graphene memiliki sifat penghantar (konduktivitas) listrik yang tinggi, seperti halnya tembaga. Massa efektif elektronnya bernilai nol dengan pita celah energi (band gap) juga nol. Elektron- elektron di dalamnya pun bersifat relativistik, yang berarti kecepatannya tinggi. Tiga sifat elektron graphene ini membuatnya sangat cocok dipakai dalam aplikasi elektronika. Graphene juga hampir transparan, dengan persentase cahaya yang diserap hanya sekitar 2,3 %. Ini berarti graphene bisa dipakai sebagai
lapisan konduktor transparan, seperti panel sel surya. Maka, aplikasi graphene di masa datang bisa dimanfaatkan untuk membuat komputer berkecepatan tinggi, pesawat terbang dengan berat super ringan, dan layar sentuh transparan. Andre Geim (51 tahun) menyebutnya material yang bisa mengubah kehidupan manusia, seperti halnya penemuan polimer (plastik) 100 tahun lalu. “Dia memiliki semua potensi untuk mengubah kehidupan Anda seperti halnya yang telah dilakukan oleh plastik. Ini benar-benar sangat menarik,” kata ilmuwan yang kini mengajar di Universitas Manchester, Inggris, ini. Jadi, akankah graphene akan menggantikan peran yang telah diemban plastik di masa mendatang, mengingat ketipisan dan kekuatannya itu? Menurut Michael Strano, kimiawan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), mencoba untuk memprediksi penggunaan graphene bukan hal mudah. Akan tetapi, dia dan ilmuwan lain punya beberapa harapan. Barang elektronik yang berbahan graphene membuat kerja transistor makin cepat. Transistor merupakan komponen kunci sirkuit elektronik. Ini akan menjadikan kinerja komputer menjadi lebih baik. Rangkaian elektronik yang terbuat dari graphene, bahkan dikabarkan dapat mencapai kecepatan satu terahertz (THz) atau 300-400 kali kecepatan prosesor Pentium saat ini. Dengan sifatnya yang transparan, graphene berpotensi menggantikan bahan film oksida logam berbasis indium yang selama ini dipakai untuk layar LCD televisi dan telepon seluler. Padahal, bahan indium semakin mahal karena jumlahnya terbatas. Ini bisa menjadi solusi baru teknologi layar sentuh atau panel surya.
“Kekuatannya yang luar biasa dapat pula untuk membuat material komposit baru yang superkuat sekaligus super ringan, yang bisa digunakan untuk bahan rancang bangun pesawat, mobil, dan satelit,” tambah Komite Nobel. United States Geological Survey Mineral Resources Program mencatat, pada tahun 2007 produksi grafit (sebagai bahan graphene) dunia mencapai 1,11 juta ton. Sayangnya, produksi bahan graphene secara massal belum ada sehingga belum digunakan untuk membuat produk konsumen. “Kebanyakan ilmuwan mempelajarinya untuk mengetahui dasar fisikanya,” kata Strano. Joseph Stros cio, fisikawan di National Institute of Standards and Technology, memperkirakan, butuh waktu 5-10 tahun sebelum graphene diproduksi massal. Para
peneliti masih tetap mencoba mencari cara praktis membuat graphene murni dalam jumlah banyak, seperti halnya membuat selotip. Yang jelas, produksi massal graphene tentu tak lagi memakai selotip Scotch 3M.
Sifat-sifat graphene yang eksotis telah menarik perhatian para ahli fisika yang ingin menelitinya, dan ahli nanoteknologi yang ingin mengeksploitasinya untuk membuat peralatan-peralatan mekanik dan elektrik baru. “Terdapat dua gambaran yang membuat graphene luarbiasa,” kata Kirill Bolotin, yang baru saja bergabung dengan Vanderbilt Department of Physics and Astronomy sebagai asisten profesor. “Pertama, stuktur molekulnya sangat tahan terhadap kerusakan. Para peneliti harus membuatnya dengan buatan tangan untuk meneliti efek-efek yang dimilikinya. Kedua, elektron-elektron yang membawa muatan listrik berjalan jauh lebih cepat dan umumnya berperilaku seolah-olah mereka mempunyai massa yang jauh lebih kecil daripada jika mereka melewati logam- logam atau superkonduktor biasa.”
Memahami sifat-sifat elektrik graphene adalah penting karena tidak seperti material lainnya yang digunakan dalam industri elektronik, tetap stabil dan menghantarkan dalam skala molekuler. Sebagai akibatnya, ketika teknologi silikon terbaru mencapai batas miniaturnya yang fundamental pada tahun-tahun mendatang, graphene dapat sangat baik menggantikannya. Sementara, beberapa
ahli fisika teori tertarik pada graphene untuk suatu alasan yang sangat berbeda . graphene memberikan suatu cara baru untuk menguji teori mereka.
 tokoh-tokoh fisika peraih nobel dari tahun 2000 sampai tahun 2013, yaitu:
1. Tahun 2000
Ada tiga pemenang Nobel di bidang Fisika. Mereka itu adalah Ir. Jack S. Kilby yang berasal dari Amerika, Dr. Zhores I. Alferov yang berasal dari Rusia dan Dr. Herbert Kroemer yang berasal dari Jerman. Mereka bertiga dianggap berjasa dalam mengembangkan perangkat elektronik sehingga mengantarkan ke arah
perkembangan pemanfaatan komputer yang sangat fantastis. Penemuan yang membawa mereka meraih Penghargaan Nobel itu sendiri yaitu, suatu pengembangan heterostruktur semikonduktor digunakan dalam kecepatan tinggi dan opto-elektroniks (elektronika Optis) dan bagiannya dalam pengembangan sirkuit gabungan. Suatu rancangan komponen elektronik berupa rangkaian terpadu atau integrated circuits (IC) yang kini lebih dikenal sebagai chip. Komponen elektronik berukuran sangat kecil itu berperan sebagai “otak elektronik” pada setiap komputer.
2. Tahun 2001
Eric Allin Cornell, Wolfgang Ketterle, dan Carl Edwin Wieman. Ketiganya berasal dari dua Negara berbeda yaitu Amerika dan Jerman. Mereka meraih Penghargaan Nobel untuk prestasi pada kondensasi Bose-Einstein dalam gas cair dari atom alkali, dan untuk studi fundamental yang merupakan awal dari sifat kondensasi.
3. Tahun 2002
Raymond Davis, Jr yang berasal dari Amerika, Riccardo Giacconi yang juga berasal dari Amerika dan Masatoshi Koshiba yang berasal dari Jepang. Mereka meraih Penghargaan Nobel untuk sumbangan pionir pada astrofisika, khususnya pada deteksi neutrino kosmik dan untuk sumbangan pionir pada astrofisika juga,
yang telah menyebabkan penemuan sumber sinar X kosmik.
4. Tahun 2003
Anthony James Leggett yang berkebangsaan Britania-Amerika, Alexei Alexeevich Abrokosov, dan Vitaly Lazarevich Ginzburg yang berasal dari Rusia-Amerika. Mereka mendapatkan Penghargaan Nobel untuk sumbangan pionir pada teori superkonduktor dan superfluida.
5. Tahun 2004
David J Gross, H David Politzer, dan Frank Wilczek. Mereka bertiga berasal dari Amerika dan meraih Nobel untuk penemuan kebebasan asimtot dalam teori interaksi kuat. Mereka membantu memecahkan masalah alam dari apa yang dikenal sebagai Gaya Kuat dan yang mengikat atom bersama.
6. Tahun 2005
John L Hall yang berkebangsaan Amerika, dan Theodore W Hansch yang berkebangsaan Jerman. Mereka meraih penghargaan untuk sumbangan mereka terhadap perkembangan spektroskopi tepat berbasiskan laser, termasuk teknik penyisiran frekuensi optic.
7. Tahun 2006
John C. Mather dan George F Smoot, keduanya adalah ilmuwan asal Amerika Serikat yang berprestasi di bidang Fisika. Mereka berdua menerima Nobel karena karya mereka soal asal mula alam semesta serta obvervasi yang dilakukan, berperan besar dalam perkembangan kosmologi modern untuk penemuan benda hitam dan anisotropi radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik.
8. Tahun 2007
Albert Fert adalah fisikawan Perancis dan penemu efek GMR (Giant Magnetoresistance) yang membawa terobosan dalam gigabita cakram keras. Ia merupakan pengajar di Université Paris-Sud di Orsay dan direktur sains pada laboratorium bersama (Unité mixte de physique) antara Centre national de la recherche scientifique (Pusat Penelitian Nasional) dan Thales Group. Bersama dengan Albert Fert, Peter Grunberg yang merupakan fisikawan Jerman dan juga salah seorang penemu efek GMR (Giant Magnetoresistance) yang membawa terobosan dalam gigabita cakram keras yang membawa mereka meraih Penghargaan Nobel di bidang Fisika.
9. Tahun 2008
Makoto Kobayashi, Toshihide Maskawa, dan Yoichiro Nambu adalah tiga Ilmuan Fisika yang ber kebangsaan Jepang. Mereka bertiga meraih Penghargaan Nobel untuk penemuan mekanisme pemecahan simetri spontan dalam fisika sub atom.
10. Tahun 2009
Makoto Kobayashi, Toshihide Maskawa, dan Yoichiro Nambu adalah tiga Ilmuan Fisika yang ber kebangsaan Jepang. Mereka bertiga meraih Penghargaan Nobel untuk penemuan mekanisme pemecahan simetri spontan dalam fisika sub atom.
11. Tahun 2010
Andre Geim dan Konstantin Novoselov, keduanya beasal dari Universitas Manchester, Inggris, mendapat hadiah nobel dalam bidang Fisika pada tahun 2010 untuk penemuan material grafin dua dimensi.
12. Tahun 2011
Saul Perlmutter, Brian P. Schmidt, dan Adam G. Riess yang berasal dari Amerika, mendapat penghargaan Nobel dalam bidang fisika untuk penemuan ledakan bintang (supernova) yang digunakan untuk menetapkan sebuah standar pengukuran gerakan cahaya dalam satu skala kosmologis.
13. Tahun 2012
Serge Haroche yang berasal dari Perancis, dan David J. Wineland yang berasal dari Amerika Serikat meraih penghargaan Nobel untuk mengukur dan memanipulasi sistem kuantum individual.
14. Tahun 2013
Peter Higgs yang berasal dari Inggris, dan Francois Englert dari Belgia. Mendapat penghargaan Nobel untuk penemuan teoritis mengenai mekanisme Boson Higgs yang membawa pemahaman mengenai asal muasal massa dan partikel subatomik. Teori tersebut telah dikonfirmasi pada eksperimen ATLAS dan Solenoida Muon Padat di Penumbuk Hadron Raksasa di CERN
15. Tahun 2014
Dua ilmuwan Jepang dan seorang ilmuwan Amerika kelahiran Jepang telah dianugerahi Hadiah Nobel Fisika 2014 atas penemuan dioda pemancar cahaya biru yang ramah lingkungan atau yang biasa dikenal sebagai LED. Isamu Akasaki, Hiroshi Amano dan Shuji Nakamura mendapat anugerah itu atas karya mereka pada tahun 1990-an dalam menciptakan cahaya terang hemat energi dari semi-konduktor. Mereka mencapai keberhasilan dalam upaya di mana sejumlah ilmuwan lain telah gagal. Royal Swedish Academy of Sciences,
Stockholm, hari Selasa (7/10), mengumumkan bahwa teknologi yang relatif muda itu telah memberikan kontribusi untuk menghemat sumber daya bumi, dan menjanjikan peningkatan kualitas hidup bagi lebih dari 1,5 miliar orang di seluruh dunia yang tidak punya jaringan listrik . Akasaki dan Amano adalah kolega di Universitas Nagoya, Jepang, sementara Nakamura kini bekerja di Universitas California di Santa Barbara. Ketiganya akan menerima uang $1,1 juta bersama penghargaan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar