Sabtu, 09 Agustus 2014

Siksa Dan Dosa Orang Yang Meninggalkan Sholat Fardhu

Siksa Dan Dosa Orang Yang Meninggalkan Sholat Fardhu

Siksa dan Dosa orang yang meninggalkan
Sholat Fardlu
6 Siksa di Dunia Orang yang Meninggalkan
Shalat Fardhu :
1. Allah SWT mengurangi keberkatan
umurnya.
2. Allah SWT akan mempersulit rezekinya.
3. Allah SWT akan menghilangkan tanda/
cahaya shaleh dari raut wajahnya.
4. Orang yang meninggalkan shalat tidak
mempunyai tempat di dalam islam.
5. Amal kebaikan yang pernah
dilakukannya tidak mendapatkan pahala
dari Allah SWT.
6. Allah tidak akan mengabulkan doanya.
3 Siksa Orang yang Meninggalkan Shalat
Fardhu Ketika Menghadapi Sakratul Maut :
1. Orang yang meninggalkan shalat akan
menghadapi sakratul maut dalam keadaan
hina.
2. Meninggal dalam keadaan yang sangat
lapar.
3. Meninggal dalam keadaan yang sangat
haus.
3 Siksa Orang yang Meninggalkan Shalat
Fardhu di Dalam Kubur :
1. Allah SWT akan menyempitkan
kuburannya sesempit sempitnya.
2. Orang yang meninggalkan shalat
kuburannya akan sangat gelap.
3. Disiksa sampai hari kiamat tiba.
3 Siksa Orang yang Meninggalkan Shalat
Fardhu Ketika Bertemu Allah :
1. Orang yang meninggalkan shalat di hari
kiamat akan dibelenggu oleh malaikat.
2. Allah SWT tidak akan memandangnya
dengan kasih sayang.
3. Allah SWT tidak akan mengampunkan
dosa dosanya dan akan di azab sangat
pedih di neraka.
Dosa Meninggalkan Shalat Fardhu :
1. Shalat Subuh : satu kali meninggalkan
akan dimasukkan ke dalam neraka selama
30 tahun yang sama dengan 60.000 tahun
di dunia.
2. Shalat Zuhur : satu kalo meninggalkan
dosanya sama dengan membunuh 1.000
orang umat islam.
3. Shalat Ashar : satu kali meninggalkan
dosanya sama dengan menutup/
meruntuhkan ka’bah.
4. Shalat Magrib : satu kali meninggalkan
dosanya sama dengan berzina dengan
orangtua.
5. Shalat Isya : satu kali meninggalkan tidak
akan di ridhoi Allah SWT tinggal di bumi
atau di bawah langit serta makan dan
minum dari nikmatnya.
Orang yang meninggalkan shalat fardhu
dengan sengaja berarti ia telah melakukan
dosa yang teramat besar. Dosanya di sisi
Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih besar
daripada dosa membunuh jiwa yang tidak
halal untuk dibunuh, atau dosa mengambil
harta orang lain secara batil, atau dosa
zina, mencuri dan minum khamr.
Meninggalkan shalat berarti
menghadapkan diri kepada hukuman Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan kemurkaan-Nya.
Ia akan dihinakan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala baik di dunia maupun di
akhiratnya. (Ash-Shalatu wa Hukmu
Tarikiha, Ibnul Qayyim rahimahullahu, hal.
7) Tentang hukuman di akhirat bagi orang
yang menyia- nyiakan shalat dinyatakan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-
Nya: ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻢْ ﻧَﻚُ ﻣِﻦَ .ﻣَﺎ ﺳَﻠَﻜَﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺳَﻘَﺮَ
ﺍﻟْﻤُﺼَﻠِّﻴْﻦَ “Apakah yang memasukkan kalian
ke dalam neraka Saqar?” Mereka
menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk
orang- orang yang mengerjakan
shalat….” (Al-Muddatstsir : 42-43) ﻓَﻮَﻳْﻞٌ
ﻟِﻠْﻤُﺼَﻠِّﻴْﻦَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻫُﻢْ ﻋَﻦْ ﺻَﻼَﺗِﻬِﻢْ ﺳَﺎﻫُﻮْﻥَ “Maka
celakalah orang-orang yang shalat, yaitu
mereka yang lalai dari mengerjakan
shalatnya….” (Al-Ma’un: 4-5) ﻓَﺨَﻠَﻒَ ﻣِﻦْ
ﺑَﻌْﺪِﻫِﻢْ ﺧَﻠْﻒٌ ﺃَﺿَﺎﻋُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﺍ ﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ
ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻳَﻠْﻘَﻮْﻥَ ﻏَﻴًّﺎ “Maka datanglah setelah
mereka, pengganti yang jelek yang
menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka
kelak mereka akan menemui
kerugian2.” (Maryam: 59) Demikian pula
hadits Buraidah ibnul Hushaib radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ﺍﻟْﻌَﻬْﺪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﻴْﻨَﻨَﺎ
ﻭَﺑَﻴْﻨَﻬُﻢُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻓَﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻛَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﻛَﻔَﺮَ “Perjanjian
antara kita dan mereka adalah shalat,
maka barangsiapa yang meninggalkan
shalat berarti ia kafir.” (HR. Ahmad 5/346,
At- Tirmidzi no. 2621, Ibnu Majah no. 1079
dan selainnya. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-
Albani rahimahullahu dalam Shahih At-
Tirmidzi, Al-Misykat no. 574 dan juga dalam
Shahih At-Targhib wat Tarhib hal. 299)
[Lihat Tharhut Tatsrib, 1/ 323] Dalam dua
hadits di atas dinyatakan secara umum
“meninggalkan shalat” tanpa ada
penyebutan “meninggalkan karena
menentang kewajibannya”. Berarti
ancaman dalam hadits diberlakukan secara
umum, baik bagi orang yang
meninggalkan shalat karena menentang
kewajibannya atau pun tidak. Hadits Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ﺇِﻥَّ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺎ
ﻳُﺤَﺎﺳَﺐُ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ
ﺍﻟْﻤَﻜْﺘُﻮْﺑَﺔُ، ﻓَﺈِﻥْ ﺍﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻫَﻞْ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ : ﺃَﺗَﻤَّﻬَﺎ ﻭَﺇِﻻَّ ﻗِﻴْﻞَ
ﺗَﻄَﻮُّﻉٍ؟ ﻓَﺈِﻥْ ﻛﺎَﻥَ ﻟَﻪُ ﺗَﻄَﻮُّﻉٌ ﺃُﻛْﻤِﻠَﺖِ ﺍﻟْﻔَﺮِﻳْﻀَﺔُ ﻣِﻦْ
ﺗَﻄَﻮُّﻋِﻪِ، ﺛُﻢَّ ﻳُﻔْﻌَﻞُ ﺑِﺴَﺎﺋِﺮِ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝِ ﺍﻟْﻤَﻔْﺮُﻭْﺿَﺔِ ﻣِﺜْﻞُ
ﺫَﻟِﻚَ “Amalan yang pertama kali dihisab dari
seorang hamba nanti pada hari kiamat
adalah shalat wajib. Jika ia sempurnakan
shalat yang wajib tersebut maka sempurna
amalannya, namun jika tidak dikatakanlah,
‘Lihatlah, apakah orang ini memiliki amalan
tathawwu’ (shalat sunnah)?’ Bila ia
memiliki amalan tathawwu’,
disempurnakanla h shalat wajib yang
dikerjakannya dengan shalat sunnahnya.
Kemudian seluruh amalan yang
difardhukan juga diperbuat semisal
itu.” (HR. Ibnu Majah no. 1425 dan lainnya,
dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu dalam Shahih Sunan Ibni
Majah dan Al-Misykat no. 1330-1331)
Banyak ayat yang membicarakan hal ini
dalam Al Qur’an, namun yang kami
bawakan adalah dua ayat saja. Allah Ta’ala
berfirman, ﻓَﺨَﻠَﻒَ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻫِﻢْ ﺧَﻠْﻒٌ ﺃَﺿَﺎﻋُﻮﺍ
ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﺍ ﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻳَﻠْﻘَﻮْﻥَ ﻏَﻴًّﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦْ
ﺗَﺎﺏَ ﻭَﺁَﻣَﻦَ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ “Maka datanglah
sesudah mereka, pengganti (yang jelek)
yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka
mereka kelak akan menemui al ghoyya,
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan
beramal saleh.” (QS. Maryam : 59-60) Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan
bahwa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah
sungai di Jahannam yang makanannya
sangat menjijikkan, yang tempatnya
sangat dalam. (Ash Sholah, hal. 31) Dalam
ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –yaitu
sungai di Jahannam- sebagai tempat bagi
orang yang menyiakan shalat dan
mengikuti syahwat (hawa nafsu).
Seandainya orang yang meninggalkan
shalat adalah orang yang hanya
bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di
neraka paling atas, sebagaimana tempat
orang muslim yang berdosa. Tempat ini
(ghoyya) yang merupakan bagian neraka
paling bawah, bukanlah tempat orang
muslim, namun tempat orang-orang kafir.
Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah
mengatakan, ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦْ ﺗَﺎﺏَ ﻭَﺁَﻣَﻦَ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ
”kecuali orang yang bertaubat, beriman
dan beramal saleh”. Maka seandainya
orang yang menyiakan shalat adalah
mu’min, tentu dia tidak dimintai taubat
untuk beriman. Dalam ayat yang lain, Allah
Ta’ala berfirman, ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﺎﺑُﻮﺍ ﻭَﺃَﻗَﺎﻣُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺁَﺗَﻮُﺍ
ﺍﻟﺰَّﻛَﺎﺓَ ﻓَﺈِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ “Jika mereka
bertaubat, mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, maka (mereka itu)
adalah saudara- saudaramu seagama.” (QS.
At Taubah [9] : 11). Dalam ayat ini, Allah
Ta’ala mengaitkan persaudaraan seiman
dengan mengerjakan shalat. Berarti jika
shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara
seiman. Konsekuensinya orang yang
meninggalkan shalat bukanlah mukmin
karena orang mukmin itu bersaudara
sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, ﺇِﻧَّﻤَﺎ
ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺇِﺧْﻮَﺓٌ “Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat
[49] : 10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar